Sabtu, 13 Agustus 2011

Rembulan Kabut Buat Nila

Oleh: Radexs Gayo



Nila, nama yang indah di ucap dalam hati, ku mengenal dia sejak pertama kali aku duduk semester lima di sebuah Perguruan Tinggi swasta di daerah Aceh Tenggara, kami semua mahasiswa konversi yang masuk pada pertengahan 2009 sebelum aku me-ngenal dia, ada seorang wanita yang pernah aku dekati yang bernama sella, sella adalah seorang gadis yang se-derhana, dalam tatapan matanya selalu ada tanda-tanda bahwa dia juga suka sama aku, dia juga tau bahwa aku juga suka sama dia. Perkenalan bersama sella semakin dekat dan sempat ada apel di malam minggu di rumahnya beberapa bulan perkenalan aku dan sella semakin dekat hingga aku tau bahwa sella sudah ada yang punya walaupun itu jauh di negeri orang, rasa kecewa sudah pasti ada dalam hati ini tapi aku tak berdaya membuat dia bisa cinta kepada aku sedangkan dia tak bisa ngelupain pacarnya yang jauh disana dan aku tak mau kalua satu hati ada dua
cinta, ku akhiri perjuanganku dengan sebatas teman biasanya.



Karya Radexs Gayo


            Nila orangnya orangnya pe-ramah agresif, dan suka bercanda ria. Aku merasa senang ketika aku dekat bersamanya entah kenapa hati ini bisa tertarik oleh dia. Ali teman yang selalu menemaniku di kampus mau-pun di luar kampus, ku dekati nila ka-rena sudah ada rasa yang tersimpan di balik senyumanya yang indah di saat ia menatatap aku.
            Tak sedikit pun aku me-nyangka kata cintaku kepadanya  ter-lepas juga walau nila menganggapnya iseng, ” Hai bang radexs.....!”, jalanku terhalang oleh dia, ” hai juga! Kamu mau g’ jadi pacar aku?...” kataku, ia tersipu malu dan tak menjawab aku hanya tersenyum meliat salah ti-nggkah dia, Nila tak menjawab dan kami berdua masuk kelas dan duduk berdekatan, terkadang saling curi pan-dang antara aku dan Nila. Ku pan-dangi dia di saat ia lagi serius mendengar pelajaran yang di berikan dosen kepada kami semua. Dalam hati ini ada rasa untuk lebih jauh mengenal dia, ternyata ia mempunyai kakak di dalam lokal ini. Ada rasa segan dalam hati untuk mendekatinya setelah aku tau dia punya kakak. Tapi tak apa-apalah demi cinta harus berani, ku beri semangat dari dalam hatiku.
            Semester enam sudah seminggu berlanjut, kuberanikan diri ini untuk mendekatinya lagi walaupun itu hanya lewat hand phone aku yang jadul. Aku tak pernah merasa malu untuk tetap dekat dengan Nila meski diriku serba kekurangan dan mengendarai motor butut yang memakai box di be-lakangnya, g’ seperti Nila yang sehari-harinya ke kampus dengan mobil pribadi bersama kakaknya. Seiring waktu yang terus berlalu sering sudah aku ungkapan perasaanku pada Nila tapi ia tak pernah mau menjawab ia atau tidak, tapi g’ apa-apa juga mungkin ia belum bisa nerima aku apa adanya. Aku memang menyadari ba-hwa diriku tak pernah ada rasa ke-tegasan untuk nerima kenyataan yang ada. Pernah Nila berkata padaku ” abang tidak punya pendirian!” meski itu lewat obrolan di Hp pada malam itu. Dengan tak adanya jawaban yang pasti sudah sekian lama ku dekat dengan Nila, hatiku kini telah mulai pudar untuk berharap dia bisa nerima aku sebagai pacarnya, ku mulai mendekati gadis yang ada di kampus itu.
            Rasa cemburu yang mencekam di hatiku ketika kami pergi refresing ke sebuah kafe di kota itu bernyanyi-nyanyi dengan teman-teman cowonya di atas pentas keyboard itu dan ber-joged-joged bersamanya seolah diriku tak pernah ada di dekat dia, tapi tak mengapa mungkin itu hal yang biasa bagi Nila, mungkin Nila tak tak pernah tau besarnya inginku men-dapatkan dia sehingga rasa putus asa selalu menggoyahkan hatiku karena menunggu cinta yang tak pasti, prasaanku teracuni oleh pikiran-pikiran buruk, pernah aku me-nganggap dia sebagai gadis yang g’ jelas dan g’ punya perasaan dan pen-dirian, sehingga hubungan pertemanan entah pacaran kami kandas oleh orang ketiga.
            Orang ketiga itu adalah Rika, Rika anak semester tiga di kampus itu ku mendekati dia di saat Nila ada prajabatan pegawainya, ku gunakan kesempatan itu untuk mendekatinya Rika, sehinga aku dan Rika pacaran, ku belajar mencintai Rika dengan sepenuh hatiku ternyata Rika bisa nerima aku apa adanya. Hubungan aku dengan Rika sudah dua minggu berlanjut, walau pacaran kami secara sembunyi-sembunyi tapi aku dan Rika bahagia.
            Prajabatan Nila telah usai dan tau bahwa aku dan Rika berpacaran, Nila kembali seperti biasa duduk bersama dengan rasa kangen-kangenan entah pura-pura kangen, entah memang segaja buat Rika cemburu aku tak tau, sambil bercanda-canda ria ternyata Rika cemburu kedekatanku dengan Nila, Rika marah dan berjanji tak akan pernah memaafkan kelakuanku ber-sama Nila, ia berusaha melupakan aku dari kehidupanya. Aku tau Nila juga suka sama aku karena ia berusaha membuat Rika cemburu dan Nila tak ingin aku dan Rika bersatu kembali. Nasi sudah menjadi bubur, ku minta maaf pada Rika lewat Hp dengan rasa penyesalan ku ucapkan pada Rika, perjuanganku pada malam itu mem-bawakan hasil yang sangat mem-bahagiakan hatiku Rika memaaf-kan aku dan aku berjanji tak kan ada lagi cintaku selain Rika, Rika kembali tersenyum meski itu tak terlihat tapi aku bisa merasaknya dengan hatiku yang terdalam, kini Nila sudah membenci aku karena pilahan hatiku hanya untuk Rika.
            Aku dan Rika bahagia wa-laupun putus sambung sebelumnya retak oleh kecemburuan, meskipun rasa bersalah yang pernah ku lakukan bersam Rika rasa segan selalu ada bila aku dekat dengan Rika di depan Nila. Di dalam kelas perkuliahan sering ku perhatikan Nila, Nilaku yang dulu telah berubah dari pertam kali ku kenal dia meski rasa ingin memi-likinya masih ada, sebagai lelaki yang setia aku tak mau menhianati Rika lagi, Nila yang terbiasa ramah dan agresif tak tampak lagi Nila hanya memendam sebuah rasa yang sulit ku tebak hatinya penuh dengan teka-teki, entah itu rasa takut, cemburu, atau mungkin dia cinta kepadaku.
            Rika yang selau ada dia saat duka dan lara kini telah berpaling ke lain hati ternyata Rika sudah punya selingkuhan, entah setan apa yang merasuki dia sehingga ia menduakan cintaku yang tulus kepadanya, itu pun kuketahui lewat smsan yang salah kirim ke nomor aku, Rika berse-kongkol dengan adiknya di semester dua sengaja ingin menusuk aku dari belakang dan menghianati cintaku. Rasa sakit yang sangat dalam hati ini karena ku tak menyagka secepat ini hatinya berubah ke lain hati dan memilih pria yang jauh lebih dari aku, mungkin ini suatu karma bagiku yang pernah menyakiti hati wanita,  ku tak percaya semudah ini pertemanan dan percintaan hancur berantakan dengan Nila tak Jadi, dengan Rika buat asakit hati.
            Kebersamaanku dengan Nila belum berakhir aku mencoba lagi untuk mendekati Nila  dengan rasa bersalah dan ia merasa bosan dengan permainan-permainan ini, ku minta maaf pada Nila dengan sepenuh hati mungkin dengan adanya rasa sakit hati yang amat sangat bisa tumbuh cinta lagi. Hari-hariku kini hanya bersama Nila, meski hatinya pernah tersakiti tapi Nila dengan baik hatinya memaafkan aku, kami berdua bisa melupakan kejadian masa lalu dengan canda tawa kami walaupun itu hanya di kampus atau sekedar jalan-jalan ke kefe setelah pulang kuliah.
            Kini semester delapan sedang berlanjut,kucoba lagi untuk men-cangkok hati yang telah patah dengan harapan bisa tumbuh kembali seperti pada masa-masa sebelumnya aku bersama Nila. Dengan rasa malu dan merasa pengemis cinta kini aku tak akan mengungkapkan rasa cinta lagi walaupun rasa cinta itu masih ada biarlah bagaikan sungai yang terus mengalir mengikuti arusnya meskipun jalanya berliku-liku tetapi tujuanya pasti ke lautan. Terkadang dalam hati ku bertanya-tanya ”Ada apa dengan Nila? Mengapa ia tak mau mem-berikan jawaban tentang perasaanku ataukah dia merasa malu dengan keadaanku yang serba kekurangan ini!” pertanyaan-pertanyaan inilah yang selalu muncul di dalam hatiku dan sampai sekarang ini, detik ini, prasaan dia terhadapku aku tak pernah tau meski aku dan Nila selalu ber-dekatan.
Kisah aku dengan Nila belum berakhir meski waktu kebersamaan kami tinggal beberapa bulan lagi dan aku ingin habiskan waktuku di Aceh Tenggara ini dengan dia, walaupun ku tak mendapatkan dia tapi cerita ini yang kan kubawa ke kampung halamanku. Dengan Nila aku merasa bahagia, dengan Nila ku merasa tersiksa bagaikan bulan purnama yang tak tampakan sinarnya.


*** SELESAI ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar